Makalah Tentang Motivasi Pendidikan
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Tentang Motivasi Pendidikan”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Pengantar Pendidikan di Universitas Negeri Makassar.
Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Makassar, Mei 2012
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian, Sumber dan Penggolongan Motivasi Perilaku Manusia
B. Dinamika Proses Perilaku Manusia
C. Cara Mengukur dan Usaha Meningkatkan Motivasi
D. Proses Membuat Pilihan dan Keputusan, Konflik dan Frustasi, Serta Bentuk Perilaku Penyesuaiannya
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Motivasi
berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan
sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald,
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald
ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni
motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan
adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan
B. Rumusan Masalah
Seberapa pentingkah motivasi bagi dunia pendidikan?
C. Tujuan
• Mengetahui pengertian motivasi dalam dunia pendidikan
• Mengetahui tugas guru sebagai seorang motivator dalam kegiatan belajar mengajar.
• Mengetahui sumber dan penggolongan motivasi manusia
• Mengetahui dinamika prilaku sosial manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, Sumber dan Penggolongan Motivasi Perilaku Manusia
a.
Para ahli mendefinisikannya dengan cara dan gaya yang
berbeda, namun esensinya menuju kepada maksud yang sama, ialah bahwa
motivasi itu merupakan:
- Suatu kekuatan atau tenaga atau daya;
-
Suatu keadaan kompleks dan kesiapsediaan dalam diri
individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun
tidak disadari.
b. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan:
- Datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrinsik)
- Datang dari lingkungan (ekstrinsik)
c.
Atas dasar sumber dan proses perkembangan, terjadi
penggunaan berbagai macam istilah yang sering dipertukarkan. Untuk
keperluan studi psikologis telah diadakan penertiban dengan diadakan
penggolongannya, antara lain sebagai berikut ini.
1. Motif primer (motivasi dasar)
Menunjukkan
kepada motif yang tidak dipelajari yang untuk ini sering juga digunakan
istilah dorongan. Golongan motif ini pun dibedakan lagi ke dalam:
(a)
Dorongan fisilogis yang bersumber pada kebutuhan organis yang
mencakup antara lain lapar, haus, pernapasan, seks, kegiatan, dan
istirahat. Untuk menjamin kelangsungan hidup organis diperlukan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut sehingga mencapai keadaan fisik
yang seimbang.
(b)
Dorongan umum da motif darurat, termasuk didalamnya dorongan
takut, kasih sayang, kegiatan, kekaguman, dan ingin tahu,dalam
hubungannya dengan rangsangan dari luar, termasuk dalam golongan
melarikan diri, menyerang, berusaha dan mengejar untuk menyelamatkan
dirinya.
2. Motif sekunder
Menunjukkan
kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan
dipelajari kedalam golongan sebagai berikut :
a. Takut yang dipelajari (learned fears)
b. Motif social (ingin diterima, ingin dihargai, konformitas, afiliasi dll)
c. Motif-motif obyektif (eksplorasi, manipulasi, dan minat)
d. Maksud (purpose) dan aspirasi
e. Motif berprestasi (achievement motive)
B. Dinamika Proses Perilaku Manusia
(a)
Dipandang dari segi motifnya setiap gerak manusia itu selalu
mengandung 3 aspek yang kedudukannya bertahap dan berurutan :
1. Motivating states
Timbul
kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagi akibat terasanya kebutuhan
jaringan atau sekresi, hormonal dari dalam diri organisme atau
tergantung pada stimulasi tertentu.
2. Motivating behavior
Bergeraknya
organisme kearah tujuan tertentu sesuai dengan sifat kebutuhan yang
hendak dipenuhi dan dipuaskannya. Misal: haus mencari air untuk diminum,
dengan demikian setiap prilaku manusia bersifat instrumental (sadar
atau tak sadar)
3. Satisfied conditions
Dengan
dicapai tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan yang terasa, maka dalam
kesimbangan dari dalam organism pulih kembali dengan terpeliharanya,
homostetis, kondisi demikian dihayati sebagai rasa nikmat dan puas atau
lega.
(b)
Terjadinya metabolism dan penggunaan atau pelepasan kalori,
perangsangan kembali, dan sebagainya, kepuasan itu hanya bersifat
temporal (sementara). Oleh karena itu, gerakkan proses prilaku itu
sebenarnya akan berlangsung secara siklus (cyclical) yang dapat
digambarkan secara sistematis :
C. Cara Mengukur dan Usaha Meningkatkan Motivasi
1.
Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan, namun tidaklah
merupakan suatu substansi yang dapat kita amati. Yang dapat kita lakukan
ialah mengidentifikasi beberapa indikator dalam term-term berikut :
a. Durasinya kegiatan ( berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan)
b. Frekuensinya kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam preiode waktu tertentu)
c. Presistensinya ketetapan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan
d. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan
e. Devosi pengabdian dan pengorbanan uang, tenaga, pikiran bahkan jiwanya atau nyawanya untuk mencapai tujuan
f.
Tingkatan aspirasinya, maksud rencana, cita-cita, sasaran atau target
dan idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
g. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau out put yang dicapai.
h. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.
2. Dari indicator diatas maka akan melahirkan teknik pendekatan dan pengukuran tertentu dapat dipergunakan:
a. Tes tindakan disertai observasi
b. Quesioner dan infentori
c. Mengarang bebas untuk mengetahui cita – cita dan aspirasi
d. Tes prestasi dan skala sikap
3. Saran upaya untuk meningkatkan motivasi kerja dan termasuk belajar sebagai berikut :
a. Hindarkan sugesti dan kondisi yang negatif
b. Ciptakan situasi kompetisi yang sehat
c. Adakan pacemaking atas dasar prinsip goalgradiened
d. Informasikan hasil kegiatan dan berikan kesempatan pada individua tau kelompok
e.
Memberikan ganjaran dan hadiah (reward and bonus atau insentif dapat
diberikan dalam bentuk pujian, piagam, fasilitas, kesempatan promosi)
D. Proses Membuat Pilihan dan Keputusan, Konflik dan Frustasi, Serta Bentuk Perilaku Penyesuaiannya
1.
Dalam rangkaian proses pemenuhan felts needs individu pada
umumnya dihadapkan pada sejumlah alternatif baik dalam aspek maupun
dalam tahapan
- Instrumentals behaviornya kemungkinan-kemungkinan tindakan yang dapat ditempuh.
- Goal atau incentive kemungkinan sasaran tujuan yang hendak dicapai
2. Individu harus menentukan pilihan diantara alternative yang ada faktor-faktornya :
- Pertimbangan untung rugi (cost – benefite) dari setiap alternatif secara rasional diuji
-
Kemauan (the willingess) dan kata hati (the conscience of
man) juga turut menentukan dalam proses pemilihan dan pengambilan
keputusan itu karena resiko akibatnya juga harus ditanggung.
3.
Seandainya individu menghadapi alternative yang mengandung
motif-motif atau resiko untung rugi atau positif negative yang sama
kuatnya, dan proses pemilihan dan pengambilan keputusanpun tidak dapat
dilakukan dengan segera, maka dalam diri individu yang bersangkutan akan
terjadi perang batin yang tidak berkesudahan dan berkeputusan
(Psychological conflict)
Sesuai dengan sifat motivasi atau resikonya dari setiap alternative ia akan mengalami kemungkinan:
a) Approach – approach conflict kalau semua alternatif yang ada sama-sama dikehendaki karena mengandung resiko yang sama-sama positif
b) Avoidance conflict kalau semua alternative yang ada sama-sama tidak dikehendaki karena mengandung resiko yang sama negative
c) Approach – avoidance conflict kalau alternative tertentu yang dikehendaki mengandung resiko yang positif tetapi sekalugus juga negative yang sama kuatnya.
4.
Kalau perang batin itu tidak dapat diatasi, individu yang
bersangkutan akan merasa kekecewaan mendalam karena tujuan yang
dikehendakinya tak bisa terlaksanakan dan tercapai. Perasaan kecewa itu
dan situasi tidak tercapai tujuan yang dikehendakinya itulah yang dalam
psikologi lazim disebut frustasi. sumber yang emndatangkan frustasi ini
berwujud manusia (person) baik diri sendiri maupun oranglain. Hal yang
bukan orang peristiwa atau keadaan alam situasi lain.
5.
Reaksi individu yang bersangkutan terhadap frustasi
bermacam-macam prilakunya, tergantung pada kemampuan akal sehatnya
(reasoning intelligence)
6.
Kalau akal sehat berani menghadapi kenyataan, pada akhirnya
mungkin dengan bantuan pihak dan cara tertentu konselor, psikolog, orang
tua, temen deket, ulama, pendeta, istikhoroh/meditasi. Ia juga dapat
mengambil keputusan yang sehat secara rasional sehingga tujuannya
tercapai. Tindakan itu disebut Adjusment (penyesuaian permasalahan).
Adjustment ini mungkin dilakukan dengan cara :
a) Aktif ia merubah lingkungan, mungkin mencari dan mengubah alternatifnya tetapi dapat sampai pada goalnya yang diinginkan.
b)
Pasif ia mengubah dirinya mungkin mengadakan modifikasi aspirasinya
sehingga ia dapat menetapkan tujuan secara realistic dan bertindak
secara realistic pula.
7.
Namun jika akal sehatnya tidak mampu berfungsi sebagaimana
mestinya, perilaku yang bersangkutan dikendalikan oleh hasrat
emosionalnya. Oleh karena itu, reaksinyapun akan bersifat emocional pula
dengan demikian, meskipun ia berusaha mencapai penyelesaian pencapaian
tujuannya, kemungkinan besar akan selalu kandas bahkan mungkin
mendapatkan hasil dan mengalami situasi yang lebih buruk dari apa yang
diharapkan. Penyesuaian yangsalah atau keliru seperi yang disebut
maladjusment.
Intellegence secara fungsional dalam proses tindakan dapat dikemukanan menjadi beberapa jenis ialah :
- Agresi marah
- Kecemasan tak berdaya
- Regresi
- Fiksasi
- Represi
- Rasionalisasi
- Proyeksi
- Sublimasi
- Kompensasi
- Berfantasi
8.
Sudah jelas, guru mempunyai tanggung jawab moral yang amat
berat kalau situasi sekolah dan tindakan pada guru mengakibatkan para
siswa harus mengalami situasi-situasi dan berperilaku seperti diatas.
Merupakan kewajiban moral pula untuk memberikan bantuan dan bimbingan
secara positif terhadap siswa yang mungkin tak terelakkan mengalaminya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kegiatan
belajar tidak selalu dilakukan di dalam ruangan kelas berdasarkan
rancangan tertentu tetapi ada kegiatan belajar yang dilakukan di luar
ruang kelas tanpa mengikuti rancangan tertentu. Dengan kegiatan belajar
di kelas secara konvensional siswa belajar untuk memenuhi tuntutan tugas
dan rancangan dari guru. Tetapi masih begitu banyak aktivitas belajar
yang tanpa mengikuti aturan konvensional yang dicerminkan dalam desain
instruksional. Artinya, siswa belajar karena keinginannya sendiri.
Karenanya pengetahuan tentang “belajar” karena ditugasi dan belajar
karena motivasi diri “penting” bagi guru.
Dalam
hal ini peranan guru sangat dibutuhkan karena peranan guru sebagai
motivator sangat memberikan dampak yang besar bagi siswanya. Menghadapi
siswa yang kurang termotivasi sangat membutuhkan strategi untuk
mengembalikan semangat dalam belajarnya. Tak heran jika di sini guru
dituntu untuk bisa memahami sedikit banyak karakter siswa dan problem
solving bagi setiap masalah.
Dengan
begitu diharapkan semangat siswa akan memberikan output yang baik bagi
diri mereka sendiri dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin M., (2000), Psikologi Kependidikan, Bandung: Remaja R.
http://www.google.co.id